2 wanita, AG dan PC terlibat dalam pusaran kasus tindak pidana yang membuat orang lain terluka dan terbunuh. Dua kasus tersebut membuat dahi berkenyut dan beribu tanya, relasi seperti apakah yang terjadi sehingga wanita bisa menjadi pemantik amarah tanpa batas dan hilangnya kemanusiaan. Adakah relasi kuasa yang membuat semuanya terjadi. Bagaimana sosok wanita sangat memengaruhi atas tindakan laki-laki, pun termasuk dalam kasus kekerasan. Sang laki-laki pun kadang-kadang tidak mampu untuk menolak pengaruh sang wanita. Yang terjadi adalah relasi kelindan nan rumit yang melibatkan emosi, pengaruh kuasa dan kompleksitas ego kediriannya. Tapi, mungkin adagium Harta, Tahta, Wanita adalah jawaban paling relevan dan paling mendekati untuk menjelaskan dua kasus di atas atau bahkan cerita-cerita penguasa masa lalu. Dimana sosok lelaki hebat selalu ada isteri yang hebat pula. Benarkah demikian? Dalam sejarah raja-raja masa lalu dan kepemimpinan di republik ini, relasi Harta-Tahta-Wanita acapkali selalu hadir dan menyertainya. Meskipun kehadirannya sulit didefinisikan, tetapi secara faktual – mempengaruhi gaya hidup, dan bahkan pada tataran kebijakan. Membahas sengkarut persoalan ini, Dr. Kunthi Tridewiyanti, S.H., M.A. Ketua DK APPHGI/APHA/ Dosen Fakultas Hukum Universitas Pancasila mengupas tuntas khusus kepada MIHCaSTer
Offcanvas menu