Rektor Universitas Pancasila, Prof Dr Eddie Toet Hendratno: Task Force, Soliditas Meningkat dan Speed Makin Kencang

Rektor UP Prof Dr Edie Toet Hendratno SH MSi

REKTOR Universitas Pancasila, Prof. Dr. Eddie Toet Hendratno, S.H., M.Si,. FCBArb., menjadi sosok sentral yang sangat dibutuhkan ide-idenya dalam mengembangkan kampus ini. Itulah sebabnya, menjelang peluncuran situs web Magister Ilmu Hukum Universitas Pancasila, tim media magisteroflaw.univpancasila.ac.id berupaya menemui Prof Eddie untuk sebuah wawancara khusus.

Akhirnya, Prof Eddie meluangkan waktu menerima wartawan media ini untuk sebuah wawancara khusus di ruang kerjanya pada 12 November 2021. Pada saat yang sama, rektor memberi semangat kepada para awak media agar terus mengembangkan berbagai ide-ide kreatif untuk kemajuan kampus. “Saya akan mendukung berbagai usaha kreatif dan inovatif yang positif untuk kemajuan kampus kit aini,” kata Prof. Eddie.

Berikut petikan wawancara wartawan Nurlis Effendi dengan Prof Eddie yang disajikan dalam bentuk teks dan video pada situs web ini:

Sepanjang pengalaman menjadi Rektor Universitas Pancasila, bagaimana Prof Eddie dapat menceritakan riwayat tersebut?

Sebetulnya, mengenal Pancasila (Universitas Pancasila) bukan karena menjabat sebagai rektor, namun sebelumnya menjadi sekretaris yayasan dan sudah berlangsung dari tahun 1985 dan bertugas untuk membagun kampus Universitas Pancasila sebagai tim pembangunan, yang terdiri dari 4 orang, yaitu: Cosmas Batubara, Omar Abdalla, Siswono, dan Prabosutedjo.

Suatu waktu, pada saat sedang melakukan ibadah Haji, beliau diinfokan oleh atasannya, yaitu Rektor UI, lalu diminta untuk mengikuti kompetisi menjadi Rektor di UP, karena UP waktu itu memasang iklan dikompas, dan akhirnya mengikuti tes tersebut. Padahal waktu itu, Prof. Eddie menjabat sebagai Rektor UI dan akhirnya terpilih menjadi Rektor UP pada tahun 2004 selama 2 periode dan perpanjangan 1 tahun, sehinggal total menjabat adalah selama 10 tahun.

(Setelah Prof Eddie menyelesaikan masa jabatan rektor pada 2014, Prof Wahono yang saat itu menjabat sebagai Dekan Farmasi terpilih menjadi rektor. Setelah Prof Wahono wafat, yayasan mempertimbangkan beberapa tokoh kampus sebagai penggantinya. Akhirnya Prof Eddie terpilih untuk menjabat sebagai Rektor untuk menyelesaikan masa jabatan Prof Wahono)

Masa jabatan yang akan dijalankan kurang lebih sekitar Sembilan bulan. Dalam sisa waktu yang singkat tersebut, apakah mungkin melakukan pengembangan-pengembangan Universitas Pancasila?

Dalam rentang waktu 3 hari setelah dilantik, saya berdiskusi dengan para wakil rektor tentang berbagai hal yang perlu untuk pengembangan UP (Universitas Pancasila). Dari hasil diskusi tersebut maka saya membentuk Task Force atau satuan tugas dan setelah diperinci terdapat 25 Task Force dan membagi pekerjaan tersebut untuk diselesaikan bersama. Setelah waktu berjalan, Task Force menghasilkan peningkatan soliditas sehingga semakin solid dan speed yang semakin kencang.

Task Force, sudah banyak hasilnya, namun juga banyak masalah yang harus diselesaikan karena terdapat berbagai perubahan dalam dunia pendidikan, mengikuti kebijakan-kebijakan yang dilahirkan. Sehingga harus beradaptasi mengikuti kebijakan baru, agar tidak tertinggal oleh perguruan tinggi swasta lainnya. Adapun hal ini merupakan acuan untuk memikirkan bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh Universitas Pancasila untuk dapat berlari lebih kencang.

(Prof Eddie merupakan sosok yang berkomitmen tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan, berdidikasi untuk insitusi, bahagia dalam menjalankan tugasnya, tidak merasa terbebani atas pekerjaan-pekerjaan yang harus dijalankan)

Melihat perkembangan saat ini, terutama perkembangan dalam dunia teknologi, terlebih dalam era industri 4.0 terjadi transformasi pendidikan. Adakah strategi khusus untuk menyikapinya?

Saya memiliki pemahamam bahwa dunia ini akan terus mengalami perubahan dan tidak bisa dihindari, baik itu perubahan cepat maupun lambat, dan perubahan dalam dunia pendidikan saat ini merupakan bentuk perubahan yang cepat. Oleh sebab itu, sikap untuk menyesuaikan diri dengan perubahan merupakan suatu keharusan agar tidak tertinggal.

(Di bidang pendidikan, Prof Eddie memiliki banyak pengalaman. Bahkan Prof Eddie pernah menjadi Wakil Rektor Universitas Indonesia. Selain pengalaman, Prof Eddie juga memiliki networking yang luas. Pengalaman dan networking tersebut memudahkan pengembangan Universitas Pancasila melalui berbagai kerjasama. “Networking adalah asset,” katanya.)

Pengalaman dan networking,  apakah mempermudah pengembangan kampus?

Networking adalah asset. Salah satu contohnya adalah Dekan Fakultas Hukum sekarang (Prof. Dr. Eddy Pratomo, S.H., M.A.) merupakan mantan Duta Besar di Jerman yang memiliki networking yang cukup bagus, sehingga akhirnya menghasilkan MOU oleh berbagai universitas, baik nasional maupun internasional dan melakukan Webinar dengan Universitas Pancasila yang terjadi hampir setiap hari.

Selain itu dapat memberangkatkan Dekan dan Dosen Fakultas Parwisita ke Spanyol untuk memberikan presentasi seminar selama 2 minggu, yang merupakan wujud dari membangun networking yang lebih luas, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Misalnya saya, bulan lalu mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Papua untuk menghadiri PON (Pekan Olahraga Nasional), sekaligus bertugas khusus dan berkesempatan untuk menandatangani MOU dengan Universitas Cendrawasih dan memberikan kuliah umum di Universitas Cendrawasih.

https://www.youtube.com/watch?v=zsvs_48AbJA

(Saat ini UP juga bekerjasama dengan UMN (Universitas Multimedia Nasional), selain itu akan terus mengembangkan diri dengan bekerjasama dengan berbagai universitas ataupun lembaga-lembaga pendidikan yang mempunyai fokus untuk mengembangkan pendidikan yang bersinergi dengan teknologi. Termasuk di antaranya adalah bekerjasama dengan Politeknik TEMPO. Prof Eddi terus mendorong mendorong semua fakultas untuk maju dengan cara menggandeng berbagai berbagai lembaga lain)

Universitas Pancasila bukan hanya soal pendidikan namun juga memiliki salah satu karakter penting bagi bangsa ini, yaitu Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa. Bagaimana mengombinasikan antara pendidikan dan sekaligus menjaga marwah Pancasila?

Sangat beruntung membawa nama besar, Dasar Negara, yaitu Pancasila namun juga menjadi beban yang sangat berat untuk menjaga marwah yang dihasilkan. Namun, kami tidak gentar karena Universitas Pancasila memiliki Pusat Studi Pancasila atau PSP dan rutin mengundang dosen-dosen tamu untuk memberikan kuliah umum yang bernuansa kebangsaan.

Beberapa waktu lalu, Putri Gus Dur (Abdurrahman Wahid, Presiden RI yang ke-4), Ibu Yeni Wahid memberi ceramah di Fakultas Hukum Universitas Pancasila dengan topik kebangsaan, welcoming yang diberikan sangat hangat. Dulu juga Gus Dur sempat mengunjungi Universitas Pancasila untuk memberikan pidato di salah satu seminar yang Universitas Pancasila. Pancasila merupakan suatu ideologi sehingga perlu dilakukan pencerahan dan masukan untuk seluruh masyarakat, bahwa kita ini memiliki Pancasila

Di Era Digital ini, berkembang secara massif media sosial yang sangat berpotensi menggerus ideologi bangsa. Jadi bukan pekerjaan yang ringan bagi Universitas Pancasila dalam mengemban nama tersebut…

Terus terang, menjaga Pancasila bukan hanya tanggung jawab Universitas Pancasila saja, namun juga tanggung jawab bersama. Pada dasarnya, Pancasila merupakan dasar dan filosofi Negara.

Di internal Universitas Pancasila, kami tiada henti-hentinya menanamkan ideologi Pancasila. Misalnya, sebelum ujian skripsi mahasiswa diharuskan untuk membaca Pancasila serta menceritakan pengalaman hidupnya yang ada kaitannya dengan nilai-nilai Pancasila. Apabila tidak lulus di tahap awal tersebut, yaitu penjiwaan Pancasila, maka skripsinya akan ditunda. Hal tersebut merupakan hal yang simple, namun apabila dilakukan secara massif dan terus menerus maka akan berdampak besar.

(Pada saat menjabat sebagai rektor, Prof Eddie mengeluarkan Surat Keputusan yang berisi bahwa setiap dosen pada awal perkuliahan harus menceritakan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai Pancasila, selama kurang lebih 5 hingga 10 menit, setelah itu barulah materi perkuliahan dimulai)

Ketika Prof Eddie memberi kuliah umum di Universitas Cendrawasih juga memberi materi mengenai Pancasila?

Benar, ketika itu salah satu materinya adalah mengenai Pancasila. Setelah pemberian materi, saya mengajukan pertanyaan, siapa yang hafal pancasila, akan dapat hadiah, dan yang mengangkat tangan banyaak. Saya menunjuk salah satunya, dan anak tersebut dengan lantang menyebutkan isi Pancasila.

Apa yang tersirat dalam hati ketika melihat antusias anak-anak di Papua akan Pancasila?

Terharu dan bangga karena anak-anak tersebut masih mengenal dan mengetahui Pancasila. Sebab di Papua sendiri yang secara politis masih perlu untuk distabilisasikan, namun kenyataan bahwa anak-anak tersebut dengan lantang menyebutkan isi Pancasila. Hal tersebut yang penting dan sudah cukup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *